Selasa, 13 Februari 2018

Bolehkah Kita Bekerja Di Bank Konvensional Atau Lembaga Keuangan Konvensional?


Para pembaca yang budiman, janganlah bangga apabila kita atau keluarga kita bekerja di bank dan lembaga keuangan yang apabila meminjamkan uang, maka ada bunga nya sekian persen dan ada denda nya bila telat membayar.

Jangan bangga apabila kita bekerja di bank dan lembaga keuangan yang apabila kita menabung, maka tabungan kita ada bunga nya sekian persen.
Itu namanya riba. Riba itu HARAM.

Jadi, teman-teman yang bekerja di bank maupun lembaga keuangan macam itu, lebih baik keluar saja dan cari pekerjaan lain yang halal.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ »

“Jauhilah tujuh dosa besar yang akan menjerumuskan pelakunya dalam neraka.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa-dosa tersebut?” Beliau mengatakan, “[1] Menyekutukan Allah, [2] Sihir, [3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, [4] Memakan harta anak yatim, [5] memakan riba, [6] melarikan diri dari medan peperangan, [7] menuduh wanita yang menjaga kehormatannya lagi (bahwa ia dituduh berzina).” 

(HR. Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melaknat para rentenir (pemakan riba), yang mencari pinjaman dari riba, bahkan setiap orang yang ikut menolong dalam mu’amalah ribawi juga ikut terlaknat.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama.” 

(HR. Muslim no. 1598)

Maksud perkataan “mereka semua itu sama”, Syaikh Shafiyurraahman Al Mubarakfury mengatakan, “Yaitu sama dalam dosa atau sama dalam beramal dengan yang haram. Walaupun mungkin bisa berbeda dosa mereka atau masing-masing dari mereka dari yang lainnya.” (Minnatul Mun’im fi Syarhi Shohihil Muslim, 3/64)

Bahkan, berikut ini adalah penjelasan mengenai bahaya riba :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً

“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّهُ وَإِنْ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ

“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)

Tersebarnya riba merupakan “pernyataan tidak langsung” dari suatu kaum bahwa mereka berhak dan layak untuk mendapatkan adzab dari Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا ظَهَرَ الزِّناَ وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ

“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” 

(HR. Al Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

Semoga kita dan keluarga kita bisa menjauhi riba dari kehidupan kita. InsyaAllah.


Jangan Buka Aib Teman Kamu


Himbauan Untuk Para Pelawak


Selasa, 12 September 2017

Sabtu, 09 September 2017

Apakah Ada Orangtua Yang Tidak Sayang Kepada Anaknya?


            Pertanyaan yang cukup unik, menarik, dan menggelitik. Secara naluri, tentu saja para orang tua sangat sayang kepada anak-anaknya.
Ini tidak bisa dibantah. Tapi, ketika kita melihat keadaan di luar sana. Justru kenyataannya adalah terbalik dari naluri.
Terbalik dari naluri? Maksudnya bagaimana?

Kamis, 07 September 2017

Apakah Hidup Ini Mudah?

Saat ini, kita hidup di era globalisasi yang tantangannya pun juga luas, teknologi semakin hebat, dan orang-orang semakin bergerak cepat.
Setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda. Karena pola pikir seseorang itu kebanyakan dibentuk oleh kejadian di masa lalu. Untuk mengggapai masa depan, apalagi masa depan yang cerah, tentunya kita tidak bisa berkiblat pada masa lalu kita. Di sini saya tidak menyalahkan seseorang yang teringat dengan masa lalunya. Saya hanya menyampaikan bahwa banyak orang yang justru melihat masa lalu, kemudian mereka gagal move on. Padahal yang ingin dikejar oleh mereka adalah masa depan yang cerah. Banyak orang yang terlena dengan masa lalu yang menurut mereka itu indah, sehingga mereka tersendat untuk melangkah. Seorang motivator yang bernama Mario Teguh pernah berkata :